Judul : Jalan Lain ke Tulehu: Sepakbola
dan Kenangan yang Mengejar
Penulis : Zen RS
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : I, Mei 2014
Jml hal :
viii+304 hal 19cm
Dia pulang ke rumah dengan lagkah yang terpincang-pincang. Ada nyeri yang menggigit. Dia tahu persis dari mana nyeri itu berasal dan dari mana darah itu menetes. Namun, dia tak berani memeriksanya sendiri. Ada ketakutan dan kecemasan yang membuatnya tak sanggup melihat langsung seberapa parah luka yang dideritanya.
Gentur tiba di Ambon ketika suhu pertikaian kala itu belum juga
reda. Perjalanan panjangnya bahkan dimulai dengan sebuah kejadian mendebarkan
di atas kapal laut yang membawanya dari Surabaya ke Ambon. Kejadian menegangkan lainnya bahkan tersuguh sejak satu jam pertama kedatangannya di tempat itu. Setelahnya,
rangkaian kejadian-kejadian menegangkan jadi bumbu dalam satu plot perjalanan
hidupnya di tanah para raja itu.
Kedatangannya sebagai jurnalis di negeri yang sedang dilanda
konflik horisontal membawa Gentur dalam cerita-cerita yang saling beririsan sekaligus
memanggil-manggil kenangan lama yang tak selamanya manis.
Sepakbola kemudian membawanya ke Tulehu, sebuah negeri di tanah
Maluku yang sejak dahulu dikenal sebagai tanah penghasil pemain sepakbola
terbaik di negeri ini. Orang Tulehu tidak bisa dipisahkan dari sepakbola,
sedari kecil sepakbola sudah jadi bagian dari hidup mereka. Bakat-bakat luar
biasa pemain sepakbola lahir dari negeri Tulehu. Dari lapangan Matawaru sampai
ke lapangan-lapangan besar di berbagai kota di Indonesia.
Sepakbola bukan sekadar olahraga. Bagi warga Tulehu, desa muslim di
Maluku yang terkenal sebagai Kampung Sepakbola, kegiatan itu lebih bermakna
dibandingkan shalat lima waktu. Terkadang justru mereka tak tanggung-tanggung—
menyusup ke wilayah musuh saat konflik memanas hanya untuk menonton
pertandingan sepakbola Belanda lawan Italia! Mau tak mau kegiatan yang
menggiring dan memasukkan bola ke gawang lawan itu menempati peran tersendiri
dalam berbagai peristiwa bersejarah Tulehu. Salah satunya adalah saat terjadi
konflik antaragama di Maluku.
Mengangkat kisah Gentur dan kenangan bersama kekasihnya, Jalan Lain
ke Tulehu: Sepakbola dan Ingatan yang Mengejar ini merupakan karya yang berada
di tengah-tengah jurnalisme dan sastra. Dengan latar belakang sebagai jurnalis,
Zen RS selaku penulis, memadukan hasil riset yang ditemuinya di lapangan pada
Juni-Juli 2013 lalu dengan karakter-karakter imajiner karangannya. Perpaduan
kedua hal itu membuat adanya suatu batas tak kentara dalam ‘novel fiksi’ ini.
Data yang digunakan sebagai nyawa cerita dan pemaparan yang detil membuat jalan
cerita justru terkesan seperti laporan perjalanan yang dialaminya tahun lalu di
Tulehu. Melalui karya ini, penulis mengajak kita menerka-nerka garis batas itu—
antara mana yang nyata dan yang tidak.
Penggunaan jurnalisme sebagai salah satu unsur dominan membuat
novel ini berbeda dengan karya sastra lain. Apabila umumnya novel fiksi
mengedepankan pendalaman deskriptif pada latar dengan alur yang bergerak
perlahan, Jalan Lain ke Tulehu justru bersifat sebaliknya. Jalan cerita yang
panjang disertai beragam konflik dijejalkan secara paksa oleh sang penulis
dalam 292 halaman. Akibatnya, alur bergerak terlewat cepat di sebagian besar
novel, membuat pembaca harus menghela napas dan membolak-balik halaman untuk
memastikan tak ada yang terlewat. Pemaparan alur pun diberikan secara sangat
ringkas— hanya berupa adegan demi adegan yang ditampilkan melalui narasi
panjang orang ketiga. Alhasil, hingga akhir cerita, pembaca tak bisa memahami
perawakan si tokoh utama dan alasannya terdampar di Tulehu secara utuh.
Di Tulehu, Gentur yang kemudian berkarib dengan Said pelatih
sepakbola lokal menjalani banyak cerita. Gentur datang ke sebuah daerah yang
sedang hangat oleh perseteruan berlatar agama, tidak ada ruang buat perbedaan.
Beda agama berarti harus siap berakhir di ujung senjata. Provokasi datang
hampir setiap saat, pertikaian seperti api dalam sekam yang siap tersulut kapan
saja. Gentur yang orang asing mulai paham sedikit demi sedikit apa yang
sebenarnya terjadi. Tanpa dia inginkan, dia terseret juga dalam konflik
horizontal di tanah Maluku itu.
Dari semua kejadian yang saling berkait satu sama lain itu Gentur
menemukan satu hal yang bisa mengobati semua kepedihan itu, sepakbola!
Sepakbola tidak pernah gagal menghilangkan ingatan perih dan semua beban
kehidupan. Bahkan sepakbola juga yang membuat orang-orang Tulehu itu berani
menyeberang ke desa Suli dan menantang maut hanya demi menonton semifinal Euro
2000 antara Belanda dan Italia.
*****
Buku ini saya lihat beberapa hari hilir mudik di lini masa akun Twitter penulisnya. Awalnya saya mengira buku ini adalah adaptasi cerita dari film Cahaya
Dari Timur; Beta Maluku karya Angga Sasongko. Ternyata sama sekali bukan, buku
ini dan film yang akan tayang 19 Juni nanti adalah 2 cerita berbeda meski
latarnya sama, desa Tulehu di Maluku.
Halaman pertama novel setebal 300 halaman ini sudah mampu membuat
saya terpaku. Zen RS sang penulis seperti biasa, sangat piawai merangkai kalimat
untuk menggambarkan sebuah kejadian yang mendebarkan. Novel ini mengalir dalam
alur yang sedang, tidak terlalu cepat tapi juga tidak lambat. Sesekali ada
cerita flashback tentang kerusuhan 1998 yang menyimpan kenangan perih buat
tokoh utama Gentur, atau juga cerita tentang hidup seorang mantan anggota KNIL
beragama Nasrani yang harus berakhir perih.
Sebelum membaca buku ini saya mengenal nama Zen RS sebagai seorang
penulis sepakbola yang sangat berbakat, sesekali juga saya menikmati tulisannya
tentang sejarah. Saya tidak tahu kalau dia ternyata juga piawai menulis cerita
fiksi. Sepakbola, sejarah, politik dan sastra sepertinya jadi kelebihan utama
seorang Zen RS Keempatnya berhasil dia susun dengan rapi dalam novel ini. Bumbu
sepakbola, sejarah Maluku, politik di belakang kerusuhan Maluku dan sesekali
cerita sastra dari Maluku hadir di lembar demi lembar novel ini. Semua menyatu
jadi sebuah cerita memikat.
Buku ini saya habiskan tidak lebih dari 3 jam, ini hanya ilustrasi
betapa novel ini sangat memikat. Sejak membaca lembaran-lembaran pertama buku
ini saya tidak punya alasan untuk berhenti sampai benar-benar ceritanya
selesai. Sebuah cerita tentang sepakbola, politik, sejarah dan sastra yang
sangat memikat. Percayalah! Anda harus membacanya sendiri.
Meski kurang dalam hal pemaparan, detil-detil kebudayaan yang
diselipkan secara menyeluruh dalam Jalan Lain ke Tulehu mengajak para pembaca
memahami fenomena kefanatikan sepakbola warganya. Begitu pula dengan
detil-detil mengenai sepakbola yang menjadi fokus utama cerita. Banyaknya porsi
yang diberikan dalam pembahasan budaya sepakbola Tulehu membuat novel ini cocok
menjadi bahan bacaan para peminat budaya maupun olahraga.
Identitas/Kontak penulis:
Nama: Finda Rhosyana
IG: find__a
Email: arfiinda@gmail.com
Line: syanafinda
Blog Pribadi: findarhosyana.wordpress.com & a-journalistar.blogspot.com
Ringkasan ini telah direvisi oleh:
Yustika Stevania Silalahi sebagai Editor Utama
Amanda Indah Cecilia sebagai Asisten Editor
Link File Revisi: http://bit.ly/RevisiRingkasan
Ringkasan ini telah direvisi oleh:
Yustika Stevania Silalahi sebagai Editor Utama
Amanda Indah Cecilia sebagai Asisten Editor
Link File Revisi: http://bit.ly/RevisiRingkasan