Keluarga Cemara
oleh Arswendo Atmowiloto
Sutradara : Yandy Laurens
Produser : Anggia Kharisma
Ginatri S. Noer
Penulis : Yandy Laurens
Ginatri S. Noer
Pemeran : Ringgo Agus Rahman sebagai Abah
Nirina Zubir sebagai Emak
Adhisty Zara sebagai Euis
Widuri Sasono sebagai Cemara (Ara)
Keluarga cemara mengisahkan sebuah keluarga bahagia dan
berkecukupan yang tinggal di ibu kota. Namun, semuanya berubah saat adik ipar
Abah, Fajar, diam-diam meminjam uang kepada orang ketiga untuk menjalankan
proyek properti dengan rumah Abah sebagai jaminannya. Di tengah jalan, proyek
itu disita dan menyebabkan rumah Abah dan Emak disita. Tidak hanya itu, Abah
juga harus membayarkan gaji karyawannya yang sudah dua bulan tidak dibayarkan.
Emak dan Abah tidak memiliki pilihan lain selain harus mengikhlaskan rumah mewah
mereka dan tinggal di rumah warisan Abah yang berada di Bogor.
Abah, Emak, Euis, dan Ara harus benar-benar beradaptasi dengan kehidupan baru mereka. Tidak ada lagi rumah mewah, mobil, dan sekolah dengan fasilittas terbaik. Tentunya itu merupakan sebuah hal yang cukup sulit, terutama bagi Euis. Meninggalkan sekolah lama, berpisah dengan sahabat di Jakarta, dan harus menyesuaikan dengan teman baru di sekolah baru. Berulang kali Euis berbicara bahwa ia ingin tinggal di Jakarta dan meminta Abah untuk menjual rumah warisannya. Namun, berulang kali pula Abah memberikan pengertian bahwa hidup mereka sudah tidak seperti dulu lagi dan Euis harus bisa mengerti akan hal itu. Berbeda dengan Ara yang masih belum mengerti akan hal itu, Ara merasa sedih karena harus berperan sebagai pohon Cemara—sesuai dengan namanya—karena tidak memiliki uang jika harus membeli kostum seorang putri.
Beberapa hari tinggal di desa, Abah berusaha mencari pekerjaan karena uang mereka semakin menipis. Meminta bantuan kawan lamanya, Abah akhirnya bekerja sebagai kuli bangunan. Mengerti akan kebutuhan hidup dan tanggung jawab yang besar membuat Abah bekerja siang dan malam demi mendapatkan uang lebih. Namun, belum sempat mendapatkan uang lebih, Abah harus mengalami cidera di kakinya akibat terjatuh dari lantai atas rumah yang sedang dibangunnya. Belum lagi mereka harus menghadapi kenyataan baru bahwa Emak sedang hamil.
Emak harus memutar otak bagaimana caranya ia bisa menghasilkan uang dengan modal yang tidak banyak. Bekerjasama dengan tetangga barunya, Ceu Salmah, Emak berencana untuk menjual emping—semacam kerupuk yang terbuat dari melinjo—dan meminta Euis untuk menjajakannya di sekolah.
Setengah tahun hal-hal yang awalnya dianggap asing sudah terasa seperti sebuah rutinias baru untuk mereka. Kawan yang awalnya asing bagi Euis, sekarang sudah seperti sahabat baru baginya. Namun, Abah merasa mereka bisa mendapatkan hidup yang layak jika mereka tinggal di Jakarta. Abah berencana menjual rumah warisannya dan kembali tinggal di Jakarta. Namun, Euis dan Ara menolak dengan tegas. Mereka sudah nyaman dengan keadaan mereka sekarang.
Keluarga Cemara merupakan sebuah film keluarga yang cukup emosional
di sepanjang perjalanannya. Penonton seperti dibawa menaiki roller coaster,
dimana akan merasakan kesedihan, kebahagiaan, serta candaan yang ada di dalam
film tersebut. Film ini mengajarkan kita betapa pentingnya sebuah keluarga jika
dibandingkan dengan apapun. Mengajarkan kita apa arti bahagia yang
sesungguhnya, selalu bersyukur akan keadaan yang kita jalani, dan saling
menyayangi satu sama lain.
HAFIFAH
SEPTIYANTI | email: hafifahseptiyanti@gmail.com |
ig: hapepiyyy | facebook: Hafifah Septiyanti