Kami kaji, kami tuliskan.

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 22 September 2019

Sinopsis Novel Film Dua Garis Biru - Resti Siti Balqis

0 comments
 

Judul: Dua Garis Biru (2019)
Genre: Drama, Keluarga
Sutradara: Gina S. Noer
Penulis Naskah: Gina S. Noer
Negara: Indonesia
Di tayangkan pada: 11 Juli 2019
Durasi: 113 menit
Produksi: Wahana Kreator, Starvision

Daftar Pemain Dua Garis Biru:
• Angga Aldi Yunanda (Angga Yunanda) sebagai Bima
• Adhisty Zara (Zara JKT48) sebagai Dara Yunika
• Lulu Tobing sebagai Rika, ibu Dara
• Dwi Sasono sebagai David Farhadi, ayah Dara
• Cut Mini Theo (Cut Mini) sebagai Yuni, ibu Bima
• Arswendi Nasution (Arswendy Bening Swara) sebagai ayah Bima
• Rachel Amanda sebagai Dewi, kakak Bima

   Pada awalnya film ini seperti film drama pada umumnya . Menunjukkan kegiatan anak sekolah, rumah orangtua, dan pekerjaan sehari-hari dalam rumah. Tak lama, setelah scene didalam ruangan kelas. Bima ikut ke rumah Dara yang hanya ada asisten rumah tangga. Di sana, Bima bermain-main dengan Dara dikamarnya. Seperti perempuan  yang baru berumur 20an, Dara juga pencinta Korea. Dalam kamarnya banyak sekali poster-poster boyband yang digandrungi oleh anak muda. Selain poster, ia juga menempelkan kertas bertuliskan huruf Korea dan artinya disebuah benda. Dari sini sudah terlihat, kalau Dara seorang perempuan yang suka belajar hal-hal yang baru. Akhirnya di kamar inilah terjadi pemantik konflik yang akan memicu lahirnya konflik baru dalam film. Usai dirias  seperti artis Korea oleh Dara, Bima khilaf dan tidur bersama pacarnya.
Sekolah tetap berjalan . Sekilas tidak ada yang aneh, tetapi seperti  sinetron yang ada di Indonesia, terdapat  adegan ingin muntah oleh Dara di sebuah warung sari laut bersama teman-temannya. Belakangan dari sini, Dara dan Bima curiga kalau ada hal yang aneh. Betul, setelah tes kehamilan, terbukti Dara hamil. Anak sekecil mereka sudah diberi tanggung jawab untuk mengurus  bayi. Lucunya, sewaktu ingin membeli test pack, Dara malu. Sama seperti Bima. Akhirnya, mereka memesan ojek online untuk membeli testpack dan beberapa kerat roti. Ojek itu berhenti  hanya beberapa langkah dari supermarket tempat mereka belanja. Dara dan Bima juga menunggu pesanan tak jauh dari tempat belanja tersebut. Tak butuh waktu lama, perut Dara kian hari kian membesar. Selama proses menunggu momen itu, film yang disutradarai oleh Ginatri S. Noer ini memberikan pelajaran yang penting untuk  pemuda dan pemudi. Pertama, pada  kondisi yang sulit itu, Dara masih sempat berpikir untuk menggapai  pendidikan setinggi-tingginya. Ia masih mempunyai  mimpi untuk kuliah di Korea. Terdapat satu percakapan yang menarik Saya  kira, ketika di kamar, Dara berbicara kepada Bima  “saya tidak mau Bapak dari anak Saya  itu tidak pintar. Meski ia pekerja keras, ia juga harus bisa mendidik anaknya nanti.” Percakapan ini dimulai saat Bima bebricara  kepada Dara kalau gen dan intelegensi seorang anak, didominasi dari Ibu . Jika ibunya pintar, maka otak anaknya juga tak jauh dari tingkat kecerdasan ibunya.
Film ini kuat untuk memacu perempuan-perempuan bahwa pendidikan saat usia dini itu penting. Perempuan harus mengutamakan pendidikannya terlebih dahulu. Inilah yang menjadi perdebatan nantinya. Lahir konflik baru dari sini. Bagi Saya , itu benar. Perempuan harus berpendidikan terlebih dahulu . Perkara akan menghadapi realita yang berbeda, itu urusan belakang. Apa ruginya jikalau   kita berhasrat tinggi saat muda untuk terus-menerus belajar? Perempuan harus bisa bersaing dengan lelaki dalam bidang apa saja. Ini yang bisa ditonjolkan dalam Dua garis Biru. Sementara Bima mengajarkan penontonnya, meski memang kekurangan dalam hal pendidikan dan nilai-nilainya di sekolah lebih rendah dari Dara, tetapi Bima seorang yang bertanggung jawab.
Tak ada kekerasan laki-laki  selayaknya  dalam berita yang marak terjadi, kalau tahu pasangannya hamil di luar nikah. Hanya ada perdebatan kecil, tetapi tak sampai ringan tangan kepada pasangannya. Di hadapan orangtua Dara (Lulu Tobing dan Dwi Sasono), dengan tatapan yang percaya diri, Bima berjanji akan bertanggung jawab untuk Dara dan calon anaknya. Meski ia masih sekolah, ia memilih untuk bekerja sambilan. Dara sempat menyodorkan sebuah pilihan, kalau lebih baik ia melanjutkan dulu sekolahnya. Berpikir  tentang masa depannya. Tetapi Bima bertekad untuk menjadi bapak seutuhnya, membanting  tulang untuk memenuhi hak dan kewajiban istrinya. Jika dalam agama seks bebas sudah dilarang. Maka di film ini, ditunjukkan mengapa seks bebas itu dilarang. Semua tergantung pada pilihan masing-masing. Mau melakukannya atau tidak. Paling tidak, film ini memberikan gambaran, kalau pasangan perempuan berujung hamil di luar nikah, maka dampak yang ditimbulkan akan sangat besar. Apalagi, jika terjadi saat masih muda, akan banyak hal yang harus dikorbankan. Dari film ini Saya  tahu, bukan perempuan saja yang dirugikan melainkan lelaki juga. Keduanya.
Dari satu scene saat Ibu Bima (Cut Mini) berteriak kepada Ibu Dara, kalau bukan Dara saja yang dirugikan. Sebab, Ibu Dara terus keras kepala  jika  anaknya yang paling dirugikan dalam kejadian ini. “Anak kita,” ujar Ibu Bima di ruang uks (Unit Kesehatan Sekolah) sekolah saat tahu Dara hamil. Cut Mini memainkan peran sebagai orang yang realistis dan tidak tampak moralis dengan menyalahkan banyak pihak. Tidak. Ia menerima konsekuensi dari sikap anaknya.  film ini terlalu berat dalam membela perempuan. Cut Mini muncul seperti bertepuk tangan di depan wajah kita, kalau lelaki juga dirugikan. Anggapan kalau efek seks bebas hanya merugikan perempuan saja, dibantah mentah-mentah oleh Cut Mini. Kesetaraan. Film ini menyuguhkan banyak sekali konflik dan penyelesaiannya.

Penulis Sinopsis: Resti Siti Balqis | restibalqis40@gmail.com | instagram: @resti.sb


Sinopsis Revisi_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar