Judul: Dua Garis Biru (2019)
Genre: Drama, Keluarga
Sutradara: Gina S. Noer
Penulis Naskah: Gina S. Noer
Negara: Indonesia
Di tayangkan pada: 11 Juli 2019
Durasi: 113 menit
Produksi: Wahana Kreator, Starvision
Daftar Pemain Dua Garis Biru:
• Angga Aldi Yunanda (Angga Yunanda) sebagai Bima
• Adhisty Zara (Zara JKT48) sebagai Dara Yunika
• Lulu Tobing sebagai Rika, ibu Dara
• Dwi Sasono sebagai David Farhadi, ayah Dara
• Cut Mini Theo (Cut Mini) sebagai Yuni, ibu Bima
• Arswendi Nasution (Arswendy Bening Swara) sebagai ayah Bima
• Rachel Amanda sebagai Dewi, kakak Bima
Pada awalnya film ini seperti film drama pada
umumnya . Menunjukkan kegiatan anak sekolah, rumah orangtua, dan pekerjaan
sehari-hari dalam rumah. Tak lama, setelah scene didalam ruangan kelas. Bima
ikut ke rumah Dara yang hanya ada asisten rumah tangga. Di sana, Bima
bermain-main dengan Dara dikamarnya. Seperti perempuan yang baru berumur 20an, Dara juga pencinta
Korea. Dalam kamarnya banyak sekali poster-poster boyband yang digandrungi oleh
anak muda. Selain poster, ia juga menempelkan kertas bertuliskan huruf Korea
dan artinya disebuah benda. Dari sini sudah terlihat, kalau Dara seorang
perempuan yang suka belajar hal-hal yang baru. Akhirnya di kamar inilah terjadi
pemantik konflik yang akan memicu lahirnya konflik baru dalam film. Usai dirias
seperti artis Korea oleh Dara, Bima
khilaf dan tidur bersama pacarnya.
Sekolah tetap berjalan . Sekilas tidak ada yang
aneh, tetapi seperti sinetron yang ada
di Indonesia, terdapat adegan ingin
muntah oleh Dara di sebuah warung sari laut bersama teman-temannya. Belakangan
dari sini, Dara dan Bima curiga kalau ada hal yang aneh. Betul, setelah tes
kehamilan, terbukti Dara hamil. Anak sekecil mereka sudah diberi tanggung jawab
untuk mengurus bayi. Lucunya, sewaktu
ingin membeli test pack, Dara malu. Sama seperti Bima. Akhirnya, mereka memesan
ojek online untuk membeli testpack dan beberapa kerat roti. Ojek itu berhenti hanya beberapa langkah dari supermarket tempat
mereka belanja. Dara dan Bima juga menunggu pesanan tak jauh dari tempat
belanja tersebut. Tak butuh waktu lama, perut Dara kian hari kian membesar.
Selama proses menunggu momen itu, film yang disutradarai oleh Ginatri S. Noer
ini memberikan pelajaran yang penting untuk pemuda dan pemudi. Pertama, pada kondisi yang sulit itu, Dara masih sempat
berpikir untuk menggapai pendidikan
setinggi-tingginya. Ia masih mempunyai mimpi untuk kuliah di Korea. Terdapat satu
percakapan yang menarik Saya kira,
ketika di kamar, Dara berbicara kepada Bima “saya tidak mau Bapak dari anak Saya itu tidak pintar. Meski ia pekerja keras, ia
juga harus bisa mendidik anaknya nanti.” Percakapan ini dimulai saat Bima bebricara
kepada Dara kalau gen dan intelegensi
seorang anak, didominasi dari Ibu . Jika ibunya pintar, maka otak anaknya juga
tak jauh dari tingkat kecerdasan ibunya.
Film ini kuat untuk memacu perempuan-perempuan
bahwa pendidikan saat usia dini itu penting. Perempuan harus mengutamakan pendidikannya
terlebih dahulu. Inilah yang menjadi perdebatan nantinya. Lahir konflik baru
dari sini. Bagi Saya , itu benar. Perempuan harus berpendidikan terlebih dahulu
. Perkara akan menghadapi realita yang berbeda, itu urusan belakang. Apa
ruginya jikalau kita berhasrat tinggi saat muda untuk
terus-menerus belajar? Perempuan harus bisa bersaing dengan lelaki dalam bidang
apa saja. Ini yang bisa ditonjolkan dalam Dua garis Biru. Sementara Bima
mengajarkan penontonnya, meski memang kekurangan dalam hal pendidikan dan
nilai-nilainya di sekolah lebih rendah dari Dara, tetapi Bima seorang yang
bertanggung jawab.
Tak ada kekerasan laki-laki selayaknya dalam berita yang marak terjadi, kalau tahu
pasangannya hamil di luar nikah. Hanya ada perdebatan kecil, tetapi tak sampai
ringan tangan kepada pasangannya. Di hadapan orangtua Dara (Lulu Tobing dan Dwi
Sasono), dengan tatapan yang percaya diri, Bima berjanji akan bertanggung jawab
untuk Dara dan calon anaknya. Meski ia masih sekolah, ia memilih untuk bekerja
sambilan. Dara sempat menyodorkan sebuah pilihan, kalau lebih baik ia
melanjutkan dulu sekolahnya. Berpikir tentang masa depannya. Tetapi Bima bertekad
untuk menjadi bapak seutuhnya, membanting tulang untuk memenuhi hak dan kewajiban
istrinya. Jika dalam agama seks bebas sudah dilarang. Maka di film ini,
ditunjukkan mengapa seks bebas itu dilarang. Semua tergantung pada pilihan
masing-masing. Mau melakukannya atau tidak. Paling tidak, film ini memberikan
gambaran, kalau pasangan perempuan berujung hamil di luar nikah, maka dampak
yang ditimbulkan akan sangat besar. Apalagi, jika terjadi saat masih muda, akan
banyak hal yang harus dikorbankan. Dari film ini Saya tahu, bukan perempuan saja yang dirugikan
melainkan lelaki juga. Keduanya.
Dari satu scene saat Ibu Bima (Cut Mini)
berteriak kepada Ibu Dara, kalau bukan Dara saja yang dirugikan. Sebab, Ibu
Dara terus keras kepala jika anaknya yang paling dirugikan dalam kejadian
ini. “Anak kita,” ujar Ibu Bima di ruang uks (Unit Kesehatan Sekolah) sekolah
saat tahu Dara hamil. Cut Mini memainkan peran sebagai orang yang realistis dan
tidak tampak moralis dengan menyalahkan banyak pihak. Tidak. Ia menerima konsekuensi
dari sikap anaknya. film ini terlalu
berat dalam membela perempuan. Cut Mini muncul seperti bertepuk tangan di depan
wajah kita, kalau lelaki juga dirugikan. Anggapan kalau efek seks bebas hanya
merugikan perempuan saja, dibantah mentah-mentah oleh Cut Mini. Kesetaraan.
Film ini menyuguhkan banyak sekali konflik dan penyelesaiannya.
Sinopsis Revisi_