IDENTITAS BUKU
Judul : Laut Bercerita
Penulis : Leila S. Chudori
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit : Cetakan Kedua, Desember 2017
Jumlah Halaman : 379
halaman
SINOPSIS
Biru Laut Wibisono sang tokoh utama yang menceritakan bagaimana ia
menemui kematiannya. Selama berbulan-bulan ia dan keempat temannya dibawa ke
sebuah tempat tak dikenal mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditentang,
digantung, dan disetrum. Hal tersebut bertujuan agar mereka mau menjawab
pertanyaan siapakah yang ada berdiri dibalik gerakan aktivis itu.
Biru Laut memulai kisah pada tahun 1991 ini memiliki markas Wirasena
(organisasi mahasiswa) di Yogyakarta. Ia dan teman-temanna biasa berkumpul di sana
untuk melakukan kegiatan yang menurut pemerintah merupakan aktivitas yang
terlarang. Salah satunya yaitu mereka membahas buku-buku terlarang. Laut, Alex, Sunu, Daniel,
Julius, Gusti, Bram, dan Kinan serta para aktivis lainnya tergambar kisah persahabatan
mereka yang mengawali pertemuan karena memiliki kerteratirakn yang sam. Ketertarikan
untuk meruntuhkan ketidakadilan pemerintahan saat itu. Tidak dipungkiri bahwa
apa yang mereka diskusikan tersebut akan beresiko penghilangan secara paksa.
Selanjutnya kisah keluarga Arya Wibisono di tahun 1998 pada Minggu
sore memasak Bersama. Mereka menyiapkan masakah kesukaan Biru Laut. Semua keluarga
sudah duduk menanti dan menanti namun Biru Laut tak kunjung datang. Penggambaran cerita Biru Laut ini tidak selalu
runtut setiap tahunnya. Terkadang diceritakan bagaimana saat ia dipenjara lalu
kehidupan masa lalunya di mana ia menjadi buron selama bertahun-tahun. Selain
itu juga diceritakan pula bagaimana indahnya keluarga dan rindunya sang adik
Asmara Jati dan Anjani sang kekasih yang tiba-tiba hadir bersama aroma
tengkleng buatan Ibu dalam Imajinasinya.
Buku Laut Bercerita ini sungguh menjelaskan bagaimana
kejamnya pemerintahan saat itu. Mereka para aktivis yang mengkritisi pemerintah
dibungkam bahkan dihilangkan secara paksa, rakyat hidup dalam tekanan semua itu
sudah menjadi suatu hal yang biasa. Banyak dari mereka yang diculis dan tak
pernah kembali beremu dengan keluarga. Gambaran mengenai kerinduan keluarga yang
selalu menantikan keluarganya untuk kembali, bagaimana mereka selalu erharap
dan cemas juga digambarkan dengan baik.